When i was in pare, i met a friend, female. We had the same boarding house there. Her outfit seems that she is a pious girl, long skirt, long veil, and always wear a mask. Terlihat salihah.
Aku kenal karna se-camp sama dia, dan disamping itu kita juga jadi tutor bareng di camp, sama-sama diberi tanggung jawab, saling kerjasama juga. Jadilah kita deket.
Suatu waktu kita ngobrol ngobrol, random things. Hingga sampai di titik di mana aku tau kalau ternyata dengan outfitnya dia yang seperti itu, bukan karna hijrah atau alim gitu. engga. Tapi karena dia nggak pede sama bentuk tubuhnya dia, karna dia sering banget dapet kritikan tentang cara dia berpakaian, tentang stylenya yang lama, dan itu semakin bikin dia nggak pede.
"Gimana kalau orang bilang gini."
"Ini bagus ga ya."
"Gajadi ah, nanti di komen."
Wah, ini loh efek dari body shaming dan kelakuan judgemental kalian.
Body shaming itu cuma istilah lain untuk “mencela orang lain atau dirimu sendiri karena penampilan fisiknya”. Misalnya, mengejek orang lain karena dia gendut, mencela orang lain karena bentuk tubuhnya, mencibir seseorang karena warna kulitnya, dan contoh-contoh lainnya.
sumber: https://www.sobatask.net/2017/01/apa-itu-body-shaming/
Kadang kita nggak sadar, ya, kalau sebenarnya body shaming itu sama aja kayak bullying. Dengan membody shaming seseorang, kita bisa bikin mereka merasa tertekan, kehilangan rasa percaya diri, bahkan memikirkan hal itu terus-terusan. Kita nggak pernah tahu dampak serius yang bisa terjadi, kan?
Lagipula, body shaming nggak ada untungnya sama sekali. Banyak banget temen gue yang jadi takut tampil di depan umum karena takut dikomentarin, diomongin, atau digosipin.
Come on, siapa yang peduli? Selama yang kamu lakukan positif, abaikan aja. Jangan cemas, jangan overthinking. Ingat, kita cuma hidup sekali (YOLO!). Kalau terus-terusan dengerin omongan orang, yang rugi justru kita sendiri.
Sering kali, body shaming ini keluar nggak sadar lewat candaan atau komentar. Tapi, serius deh, jokes yang pakai body shaming itu nggak lucu sama sekali. Masa ciptaan Tuhan dijadiin bahan candaan? Nggak sehat banget, cuy.
Apalagi komentar seperti:
"Eh, gendutan ya?"
"Pipinya tembem banget sekarang."
"Kok kamu iteman sih?"
Wth, emang kenapa?
Emang kenapa kalau pipinya tembem?
Emang kenapa kalau gendut?
Emang kenapa kalau kulitnya gelap?
Situ ada masalah? Stop deskripsi orang pakai fisik. Contoh:
Bukan “yang item itu,” tapi “yang temennya si Mawar.”
Bukan “yang gendut itu,” tapi “yang duduk di belakang.”
Gampang banget, kan? Yuk, mulai pilih kata dengan baik. Stay positive, geng! 💕
Komentar
Posting Komentar
Komentarmu jantung postingan ini. Komentarlah meski satu kalimat.