When i was in pare, i met a friend, female. We had the same boarding house there. Her outfit seems that she is a pious girl, long skirt, long veil, and always wear a mask. Terlihat salihah. Aku kenal karna se-camp sama dia, dan disamping itu kita juga jadi tutor bareng di camp, sama-sama diberi tanggung jawab, saling kerjasama juga. Jadilah kita deket. Suatu waktu kita ngobrol ngobrol, random things. Hingga sampai di titik di mana aku tau kalau ternyata dengan outfitnya dia yang seperti itu, bukan karna hijrah atau alim gitu. engga. Tapi karena dia nggak pede sama bentuk tubuhnya dia, karna dia sering banget dapet kritikan tentang cara dia berpakaian, tentang stylenya yang lama, dan itu semakin bikin dia nggak pede. "Gimana kalau orang bilang gini." "Ini bagus ga ya." "Gajadi ah, nanti di komen." Wah, ini loh efek dari body shaming dan kelakuan judgemental kalian. Body shaming itu cuma istilah lain untuk “mencela orang lain ...
Semua orang boleh memilih jalannya masing-masing. kamu boleh memilih jalan yang mulus dan lurus. kamu boleh memilih jalan yang aspalnya sudah koyak, atau kamu mau memilih jalan yang berliku-liku? Boleh saja. Toh kamu yang menjalani. Banyak sekali dari kita yang suka menghakimi orang lain unik, hanya karena orang lain tersebut tidak mengambil jalan yang sama dengan kita. Ambil contoh si mawar dan melati. Mereka akan pergi ke suatu tempat, dan mereka memilih jalan yang berbeda. Mawar memilih jalan yang lebih cepat sampai ke tujuan, sedangkan melati memilih jalan yang berliku-liku dan akan sampai ke tempat tujuan lebih lama. Kira kira apa yang dipikirkan mawar? Kalo mawar nggak huznudzan sih pasti mikirnya gini ya, "ngapain sih tuh melati, nyusahin diri sendiri aja milih jalan yang jauh. Nggak mikir sih." atau mungkin yang lain. Ayolah, nggak seharusnya mawar berpikiran seperti itu kan? Melati pasti mempunyai alasan tersendiri. Mungkin aja dengan lewat jalan itu melati mau ne...