Langsung ke konten utama

Ada Apa Dengan Anak Inklusi?


Berhubung Nana sudah di SMP tingkat akhir, Ujian Nasional alhamdulillah selesai, tinggal nunggu hasilnya semoga memuaskan! Waktu - waktu akhir seperti ini dengan sengaja melabel-i murid - muridnya dengan label 'pengangguran'. Libur lama setelah Ujian Nasional. Kalau aku 2 minggu. Joss kan?

Tapi lama - lama bosen juga sih. 2 minggunya berakhir kemarin. Kamis, 21 Mei 2015. Dengan semangat 45 berangkat kesekolah ketemu temen - temen yang sudah 2 minggu nggak ketemu. Sehubungan dengan hilangnya kertas jadwal masuk sekolah, dan nggak tau masuk jam berapa, sms temen - temen pun nggak di balas, akhirnya aku memutuskan pergi kesekolah seperti jam - jam masuk biasanya, jam 6.00 pagi.

Sampai disekolah, memilih duduk di dekat kamar mandi sekolah yang cukup sepi saat ini. Ku buka ponselku. Allahu Akbar. Masuk jam 8, sekarang masih jam 6 lewat 20 menit. Ah sudahlah, terlanjur dah.

KBM jam pertama di sekolah ku yang meskipun negeri tapi berbasis keagamaan (alhamdulillah) ada kegiatan do'a dan tadarus Al-qur'an bersama. Tak memakan waktu lama, hanya sekitar 10-20 menit. Setelah itu KBM seperti biasa. Hari ini terlihat ada beberapa kelas yang di jam pertamanya materi pelajaran olahraga, mereka berjalan keluar kelas, ya.. Lihat saja tadi ada yang berangkat ke sekolah sudah dengan seragam olahraganya. Masih duduk di kursi dekat kamar mandi putri. Entah mungkin pagi ini hawanya dingin, banyak yang datang ke kamar mandi. Meski rata - rata datang 2 orang, tapi yang satunya hanya mengantar. Karena tak ada kerjaan, aku hanya duduk sambil menebar senyum dan sapa ke beberapa dari mereka yang ku kenal.

Berangsur - angsur kamar mandi sekolah mulai sepi kembali.

"Mbak.." aku terkesiap ada yang menepuk pundak ku dari belakang. Aku menoleh dan mendapati adik kelasku berdiri disampingku. Dia melemparkan senyumnya, dan akhirnya Nana harus balas senyum pula. 

"Oh kamu, bikin kaget aja", dia cuma nyengir.

"Mbaknya kelas 9 ya? Kok datang kesini ada apa mbak?" tanyanya.

"Iya.. Ada cap 3 jari."

"Oh cepet ya udah cap 3 jari.."

"Masih buku induk kok, ijasahnya belum keluar."

"Oh.. Kok sendiri? Temen - temennya mana?"

"Iya.. Ini sangking teladannya datang duluan. Hehe." =D

"Ini mbaknya yang waktu itu benah-in dasi ku ya?" tanyanya.
 
"Oh iya ya.."

Seperti wawancara. Tak habis - habisnya pertanyaan yang ia lontarkan ke aku. Jadi suasananya tak pernah hening. Selesai aku menjawab, dia bertanya lagi dan lagi. Sampai akhirnya dia seperti sudah kehabisan stok pertanyaan.

"Kamu kan olahraga. Kok nggak ke lapangan? Itu teman - teman mu udah ke sana semua." kata ku.

"Temen - temen ku jahat semua. Mereka menjauh kalau ada aku"

"Kok bisa gitu? Mungkin kamu pernah buat salah, atau mungkin ada sesuatu di kamu yang bikin mereka gak mau deket." 

"Aku nggak tau mbak, kalau ada kerja kelompok aku kerjain sendiri sama kakakku, apa - apa sendiri."

"Masa semua temen sekelas sih? Satu gitu nggak ada?" tanyaku

"Nggak ada."

"Kamu punya teman dekat? Meskipun nggak sekelas?"

"Nggak ada, aku cuma deket sama fulan temannya mbak yang di kelas depan itu. Dia tetanggaku."

"Oh gitu."

"Mbak, ayahnya mbak kerja apa?" tanyanya dengan ganti topik pmbicaraan.

"Lho kok malah tanya ayahku?"

"Ayahku sudah meninggal mbak.."

"Inna lillahi wa inna ilahi rajiun.. Ibu mu kerja?" 

"Nggak. Tapi kakak ku yang kerja."

Lalu ada temanku datang duduk disampingku, yang membuat posisi ku berada di tengah.Ternyata dia malah datang lebih pagi dari aku, karena alasan dia nebeng ibunya yang juga berangkat kerja. Dan ikut ngobrol.

"Lho dek. Kamu kok nggak olahraga?" Dan si adik kelas menjawab dengan jawaban yang sama ketika aku tanya tadi.
"Nggak apa kamu langung gabung aja. Siapa tau merekanya nggak apa, tapi kamunya aja yang minder." sahutku.

Temanku fulan berbicara lirih sambil sedikit mendekatkan bibirnya ke telingaku.

"Masalahnya teman - temannya itu yang nggak mau dekat sama dia."

"Lho kamu tau?" tanyaku.

"Iya aku pernah menegur teman sekelasnya, temannya itu malah bilang gini, 'malas mbak, dia inklusi. Mbak aja lho yang temenan sama dia', malah bilang gitu."

***

 Sekolahmu.. negeri atau swasta?
Aku negeri. Alah tak masalah kan ya?
Kalau mau masuk sekolah negeri ada beberapa kategori:
Pertama, jalur umum. Pakai nilai hasil UNAS.
Kedua, jalur kawasan. Pakai nilai hasil UNAS plus hasil nilai TPA (Tes Potensi Akademik)

Lalu ada juga jalur - jalur khusus untuk masuk sekolah negeri tanpa harus pakai nilai UNAS. Yaitu:
a.calon Peserta Didik Prestasi Olah Raga
b.calon Peserta Didik Prestasi Akademis dan Non-Akademis
c.calon Peserta Didik Inklusif
d.calon Peserta Didik Mitra Warga
e.calon Peserta Didik Baru Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Satu Lokasi

***

Sebelumnya akan Nana terangkan, apasih jalur inklusif itu? Dan siapa sih mereka - mereka yang ada di jalur itu?

Jalur inklusif adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara bersama-sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda-bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan kondisi fisik atau mental.

Landasan hukum dan landasan konseptual menjadi landasan bagi gerakan menuju pendidikan inklusif. Termasuk Indonesia, diantaranya adalah:
1.deklarasi hak asasi manusia, 19482
2.konveksi hak anak, 19893
3.konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, 19904
4.persamaan kesempatan bagi orang berkelainan, 19935
5.pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusi, 19946
6.komitmen dasar mengenai pendidikan untuk semua, 20007
7.deklarasi Bandung tahun 2004 # Dengan komitmen “indonesia menuju pendidikan inklusif”
Yang Nana baca pun, diadakan pendidikan inklusif untuk menumbuhkan rasa empati terhadap teman - teman yang berkebutuhan khusus.

***

Sebetulnya Nana sendiri juga nggak tahu menahu tentang ke riil-an-nya masalah ini. Hanya saja, aku bisa memberi presentase sebesar 90% ini sungguhan. Dari berikut ini:
1. Curhatan si adik kelas ini.
2. Teman - teman sekelasnya yang berkunjung ke kamar mandi, dan melihat ada si dia disitu, tapi tak ada satu pun yang menegur sapanya.
3. Dari hari - hari sebelumnya yang ku lihat kemana - mana dia selalu sendiri. Sampai saat dia tidak bisa membenahkan dasinya, dia meminta bantuan kakak kelasnya.
4. Tambahan teman ku tadi.
***


Apa yang membuat kalian menjauhi dia? Apa yang membuat kalian mengasingkan dan mengucilkan dia? Karena dia anak jalur inklusi? Memang kenapa kalau dia jalur inklusi? Kalau dia bisa menulis takdirnya, dia juga ingin seperti kalian, masuk lewat jalur umum dengan ketentuan nilai. Tapi lewat jalur ini lah takdir digariskan untuknya dari Allah.

Apa kamu yang jalur umum dengan ketentuan nilai rata -rata sembilan untuk bisa masuk di sekolah ini merasa kamu lebih pintar dan lebih unggul? Apa kamu merasa kamu lebih baik dari dia? Apa kamu merasa hina dan rendah jika berteman dengannya? Apa kamu akan dibilang anak inklusi juga jika berteman dengan nya? Tentu tidak. Seperti di postingan Nana sebelumnya 'Terasingkan di kelas', bukankah alangkah lebih baik jika kalian mengajak dia yang kalian anggap rendah dari kalian, lalu kalian jadikan dia seseorang yang hebat, dan itu juga ladang pahala kan? Menyayangi antar saudara. 

Bahkan sampai dikatakan dalam sabda Rasulullah:
"Tidak sempurna iman seseorang sampai dia mencintai saudaranya sesama muslim"

Hei!! Itu sabda Rasulku. Inginkah kamu bermain - main dengan yang ini? Maukah kamu menjadi seseorang yang tak sempurna imannya?

***

Yang lebih mengejutkanku kembali adalah dia seorang anak yatim. Ayahnya sudah meninggal. Bukankah ini malah lebih dzalim ke dia?

“Sebab itu, terhadap anakyatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.”(QS ad-Dhuha [93] :9)
Hasan pun menegaskan rujukan larangan tindakan lalim terhadap yatim pada surah ad-Dhuha di atas. Dalam surah tersebut dikisahkan juga Nabi Muhammad SAW yang menjadi anak yatim. Dia menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan untuk tidak berbuat sewenang-wenang terhadap anak yatim. Lantaran, yatim berada dalam lindungan-Nya.

Perbuatan sewenang-wenang itu, ungkap Hasan, di antaranya, ucapan kasar, mencaci maki, mengabaikan keberadaan, hingga tidak peduli dengan kesusahan mereka. Dia mengutip pernyataan sosok pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, yang menyatakan percuma saja shalat, tetapi tidak dapat memuliakan anak yatim. Begitu juga dengan menelantarkan anak yatim samasaja dengan mendustakan agama.

***

Mungkin ada salah satu atau dua atau tiga dari kalian para pembaca yang merasa memiliki teman di jalur khusus. Yang kalian mengucilkan dan mengasingkan dia di kelasnya bahkan di sekolahnya sendiri, janganlah seperti itu. Wahai hati yang lembut dan lunak, tidakkah hatimu ber-empati dengannya? Tidakkah sedikitnya kamu merasa iba dan kasihan? Tidakkah kamu ingin menjadi orang - orang yang bukan hanya cendekia tapi juga dermawan? Tidakkah kamu ingin menggoreskan sedikit saja pelangi dalam hari - harinya di sekolah? Tidakkah kamu ingin menjadi orang - orang yang akan dia kenang dengan segala kebaikanmu? Bukan keburukanmu.

Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca postingan ini. Semoga bisa mengambil pelajaran dan menjadikan kita sebagai hamba yang lebih baik lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stop Body Shaming: Dampaknya Nggak Sepele

When i was in pare, i met a friend, female. We had the same boarding house there. Her outfit seems that she is a pious girl, long skirt, long veil, and always wear a mask.  Terlihat salihah. Aku kenal karna se-camp sama dia, dan disamping itu kita juga jadi tutor bareng di camp, sama-sama diberi tanggung jawab, saling kerjasama juga. Jadilah kita deket.  Suatu waktu kita ngobrol ngobrol, random things.  Hingga sampai di titik di mana aku tau kalau ternyata dengan outfitnya dia yang seperti itu, bukan karna hijrah atau alim gitu. engga. Tapi  karena dia nggak pede sama bentuk tubuhnya dia, karna dia sering banget dapet kritikan tentang cara dia berpakaian, tentang stylenya yang lama, dan itu semakin bikin dia nggak pede.  "Gimana kalau orang bilang gini." "Ini bagus ga ya." "Gajadi ah, nanti di komen." Wah, ini loh efek dari body shaming dan kelakuan judgemental kalian.  Body shaming  itu cuma istilah lain untuk  “mencela orang lain ...

Being an Introvert isnt a Weakness

Kehidupan di sekolah emang nggak pernah jauh-jauh dari yang namanya pergaulan. Entah pergaulan yang baik atau yang buruk. Sayangnya kita hidup di zaman yang orang-orangnya pada suka ngasih label, ngasih cap, terhadap apa yang mereka lihat, mereka dengar, atau mereka amati. Sialnya lagi, kegiatan memberi label atau cap ini dilakuin cuma dari satu sudut pandang, atau bisa aja kita ngasih cap ke seseorang hanya karena kita denger cerita tentang dia dari orang lain. Dalam suatu sekolah, pasti ada deh yang namanya kelompok, geng, atau squad apalah itu terserah. hal ini sudah wajar, karena kalau kita dalam situasi lingkungan yang baru, diri kita akan bergerak dengan sendirinya untuk mencari orang-orang yang cocok dengan kita, yang bisa kita jadiin temen. jika skala sekolah ini diperkecil lagi jadi lingkungan kelas, maka sudah bisa sangat terlihat kelompok a, kelompok b, dan lainnya. Kalian boleh bilang, "nggak kok, kelas gue kelas kompak, nggak ada yang namanya kubu-kubu an." o...

Hanya Karena Jalanku Berbeda, Bukan Berarti Aku Tersesat

Semua orang boleh memilih jalannya masing-masing. kamu boleh memilih jalan yang mulus dan lurus. kamu boleh memilih jalan yang aspalnya sudah koyak, atau kamu mau memilih jalan yang berliku-liku? Boleh saja. Toh kamu yang menjalani. Banyak sekali dari kita yang suka menghakimi orang lain unik, hanya karena orang lain tersebut tidak mengambil jalan yang sama dengan kita. Ambil contoh si mawar dan melati. Mereka akan pergi ke suatu tempat, dan mereka memilih jalan yang berbeda. Mawar memilih jalan yang lebih cepat sampai ke tujuan, sedangkan melati memilih jalan yang berliku-liku dan akan sampai ke tempat tujuan lebih lama. Kira kira apa yang dipikirkan mawar? Kalo mawar nggak huznudzan sih pasti mikirnya gini ya, "ngapain sih tuh melati, nyusahin diri sendiri aja milih jalan yang jauh. Nggak mikir sih." atau mungkin yang lain. Ayolah, nggak seharusnya mawar berpikiran seperti itu kan? Melati pasti mempunyai alasan tersendiri. Mungkin aja dengan lewat jalan itu melati mau ne...